Teluk Meranti adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Pelalawan,
Riau, Indonesia. Keadaan alamnya yaitu berupa dataran rendah berawa-rawa
dengan lahan gambut yang cukup luas. Wilayah Teluk meranti dibelah oleh
aliran sungai kampar yang bermuara ke selat malaka. Sepanjang aliran
sungai tersebut membentang hutan lebat tropis yang sangat luas dikedua
sisi sungai tersebut. Penduduk asli Teluk Meranti adalah suku melayu.
Mata pencaharian penduduknya bergantung pada sektor pertanian,
perkebunan, nelayan, kehutanan dan lain sebagainya. Potensi besar yang
ada di kecamatan Teluk meranti yaitu dibidang pariwisata, yaitu objek
wisata fenomena alamnya berupa ombak bono yang terdapat disungai kampar.
fenomena alam tersebut hanya ada dua di dunia yaitu di sungai amazon,
Brazil dan sungai kampar teluk meranti, pelalawan, Riau,Indonesia. pada
zaman dahulu ombak bono sangat ditakuti oleh masyarakat dan para pelayar
yang memasuki kawasan tersebut. Hal ini dikarenakan kuatnya hempasan
dari ombak tersebut yang mampu menghancurkan perahu-perahu pelayar.
Setelah kedatangan tim ekspedisi penjelajah sungai, fenomena tersebut
dijadikan sebagai objek surfing para peselancar. Hingga sekarang banyak
peselancar dunia maupun dari Indonesia yang menjajal kedahsyatan ombak
bono tersebut. Keindahan ombak bono telah menyebar ke berbagai belahan
dunia bahkan beberapa negara menyatakan tertarik untuk mengelola objek
wisata tersebut. Adapun negara-negara tersebut yaitu Jepang, Belanda,
Belgia, Jerman, UEE, dan beberapa negara lainnya. Konsep pengembangun
wisata bono menjadi kawasan wisata internasional telah dicanangkan oleh
Pemerintah Kabupaten Pelalawan.
BONO atau Gelombang Bono adalah fenomena alam
yang biasa terjadi karena disebabkan pertemuan arus pasang air laut dengan arus
sungai dari hulu menuju hilir. Kata Bono sendiri menurut Wak Soma Tokoh
Masyarakat Teluk Meranti berasal dari sebuah cerita pada dulu kalanya,
cerita ini telah menjadi cerita secara turun temurun, pada dulu kala orang Pelalawan
(Kerajaan Pelalawan) pergi berbelanja ke Malaka, saat itu mereka menggunakan
tongkang, sesampainya di Laut Embun (Teluk Meranti) Tongkang yang mereka
gunakan kandas terkena gelombang pasang. Lalu mereka kembali ke Pelalawan dan
melapor kepada Raja Pelalawan bahwa tongkang mereka kandas dan tidak bisa
melanjutkan perjalanan, tetapi raja Pelalawan tidak percaya begitu saja dengan
omongan warganya, kemudian Raja Pelalawan mengutus beberapa orang untuk ke Teluk
Embun untuk membuktikan apakah benar apa yang dikatakan warganya dan juga
diikuti oleh beberapa orang sebagai saksi yaitu Anak Raja Pelalawan, Anak Raja
Ranah Tanjung Bunga (Langgam), Anak Raja Pagaruyung, Anak
Raja Gunung Sahilan, Anak Raja Macam Pandak. Apabila kemudian tidak
terbukti omongan Para warganya yang mengatakan kapal mereka telah kandas,maka
sang Raja akan memberikan hukuman mati kepada Sang Juru Kemudi tongkang .
Sesampainya mereka di Teluk Embun mereka menemukan gelombang pasang dan
tongkang mereka juga kandas, kemudian Anak Raja Pelalawan berkata kepada
juru kemudi Tongkang "Iya bono gelombang pasang kata kamu" (Ternyata
Benar yang kamu katakan). Bono sendiri adalah bahasa Pelalawan yang berarti
benar.
Bagi dunia peselancar (surfer) maupun wisatawan
dari luar, Ombak Bono Kampar adalah sebuah penemuan yang mengagumkan
bahkan para selencar dunia mengungkapkan luar biasa untuk "Bono Kampar", seperti diungkapkan
oleh Chris Mauro dalam tulisannya yang dimuat GrindTV.com : “A
dreamlike wave found in an Indonesian river is stunning surf world (sebuah
gelombang impian yang ditemukan di salah satu sungai di Indonesia memukau dunia
selancar),” tulis . Tulisan Mauro itu sendiri lantas merujuk pada apa yang ia
sebut ‘penemuan luar biasa’ oleh tim (ekspedisi) Rip Curl baru-baru ini, yang
menurutnya “mungkin tak tertandingi” (may be unrivaled).
Dulu Ombak
Bono atau gelombang Sungai Kampar sebagai sosok yang menakutkan, tetapi kini
justru menjadi Wisata Andalan bagi Pelalawan dan juga Provinsi Riau. Menurut
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Pelalawan Bapak Bakhtiar Ismail,
Gelombang Bono atau Ombak Bono Sungai Kampar ini telah banyak menarik perhatian
wisatawan Domestik maupun mancanegara.
Bono biasanya
terjadi pada setiap tanggal 10-20 bulan Melayu dalam tahun Arab yang biasa
disebut penduduk sebagai "Bulan Besar" atau "Bulan
Purnama". Biasanya "gelombang Bono" atau "Ombak Bono"
yang besar terjadi pada tanggal 13-16 bulan Melayu tahun Arab tersebut.
Gelombang yang terjadi biasanya akan berwarna putih dan coklat mengikut warna
air Kuala Kampar. Selain itu, Bono juga terjadi pada setiap "bulan
mati" yaitu akhir bulan dan awal bulan (tanggal 1) Tahun Arab.
Lokasi Ombak
Bono atau gelombang Bono Sungai Kampar dapat kita jumpai di Sungai Kampar
Kecamatan Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan. Ada beberapa titik yang biasa
digunakan masyarakat sekitar untuk melihat Ombak Bono salah satunya adalah
Tanjung Sebayang atau Tanjung Bayang-Bayang, Di Tanjung Sebayang ini Pemerintah
kabupaten Pelalawan telah menyediakan sebuah Pondok untuk masyarakat yang ingin
menikmati Gelombang Bono. Konon di Tanjung Sebayang ini terdapat sebuah Istana
yang megah dan cantik,namun istana ini tidak dapat dilihat dengan kasat mata,
Istana ini merupakan istana makhluk halus yang dikenal dengan nama Bunian.
Ombak Bono
atau Gelombang Bono (Bono Wave) terjadi ketika saat terjadinya pasang
(pasang naik) yang terjadi di laut memasuki Sungai Kampar. Kecepatan air Sungai
Kampar menuju arah laut berbenturan dengan arus air laut yang memasuki Sungai
Kampar. Benturan kedua arus itulah yang menyebabkan gelombang atau ombak
tersebut. Bono akan terjadi hanya ketika air laut pasang. Dan akan menjadi
lebih besar lagi jika pada saat air laut mengalami pasang besar (bulan besar)
diiringi hujan deras di hulu Sungai Kampar. Derasnya arus sungai akibat hujan
akan berbenturan dengan derasnya pasang air laut yang masuk ke Kuala Kampar.
Awal akan terjadinya /ombak Bono/ diawali dengan bunyi gemuruh air. Bunyi
gemuruh ini semakin lama akan semakin keras diiringi dengan besarnya gelombang
ombak Bono. Kecepatan gelombang ombak Bono mencapai 40 km/jam. Tinggi
gelombang bono tersebut mencapai 6 meter. Bahkan ombak Bono mampu menyebabkan
Banjir beberapa saat, biasanya perkampungan di Sekitar Tepi Sungai kampar akan
digenangi air lebih kurang 1jam dan ketinggian air mengenangi kampung tersebut
mencapai tinggi lutut orang dewasa.
Untuk
mencapai Lokasi Bono ini (Sungai Kampar Kecamatan Teluk Meranti,
Kabupaten Pelalawan), dari Pekanbaru Ibu Kota Provinsi Riau terlebih
dahulu kita menuju Pangkalan kerinci Ibu Kota Kabupaten Pelalawan , perjalanan
menuju Pangkalan Kerinci dapat dilakukan melalui jalur darat dengan jarak
tempuh sekitar 70km atau 1,5jam perjalanan. Alat transportasi umum yang
bisa digunakan adalah Travel atau biasa disebut dengan superben,biaya
perjalanan dari Pekanbaru menuju Pangkalan Kerinci sebesar Rp.20.000. Kemudian
dari pangkalan Kerinci untuk menuju Teluk Meranti kita bisa menggunakan mobil
rental atau mobil sewaan dengan Tarif Rp.50.000/orang dan terminal mobil rental
ini terdapat di Hotel Meranti Pangkalan Kerinci. Perjalanan dari Pangkalan
Kerinci ke Teluk Meranti dapat ditempuh dengan waktu 4jam. Selain itu
perjalanan juga dapat dilakukan menggunakan sarana transportasi air, dari
Pangkalan Kerinci (Pelabuhan di jembatan Pangkalan Kerinci) kita bisa
menggunakan speedboat ke desa Teluk Meranti dengan waktu tempuh
perjalanan sekitar 3jam dengan biaya perjalanan Rp.150.000.
BONO atau Gelombang Bono
adalah fenomena alam yang biasa terjadi karena disebabkan pertemuan
arus pasang air laut dengan arus sungai dari hulu menuju hilir. Kata
Bono sendiri menurut Wak Soma Tokoh Masyarakat Teluk Meranti berasal dari sebuah cerita pada dulu kalanya, cerita ini telah menjadi cerita secara turun temurun, pada dulu kala orang Pelalawan
(Kerajaan Pelalawan) pergi berbelanja ke Malaka, saat itu mereka
menggunakan tongkang, sesampainya di Laut Embun (Teluk Meranti) Tongkang
yang mereka gunakan kandas terkena gelombang pasang. Lalu mereka
kembali ke Pelalawan dan melapor kepada Raja Pelalawan bahwa tongkang
mereka kandas dan tidak bisa melanjutkan perjalanan, tetapi raja
Pelalawan tidak percaya begitu saja dengan omongan warganya, kemudian
Raja Pelalawan mengutus beberapa orang untuk ke Teluk Embun untuk
membuktikan apakah benar apa yang dikatakan warganya dan juga diikuti
oleh beberapa orang sebagai saksi yaitu Anak Raja Pelalawan, Anak Raja
Ranah Tanjung Bunga (Langgam), Anak Raja Pagaruyung, Anak Raja Gunung Sahilan,
Anak Raja Macam Pandak. Apabila kemudian tidak terbukti omongan Para
warganya yang mengatakan kapal mereka telah kandas,maka sang Raja akan
memberikan hukuman mati kepada Sang Juru Kemudi tongkang . Sesampainya
mereka di Teluk Embun mereka menemukan gelombang pasang dan tongkang
mereka juga kandas, kemudian Anak Raja Pelalawan berkata kepada juru
kemudi Tongkang "Iya bono gelombang pasang kata kamu" (Ternyata Benar
yang kamu katakan). Bono sendiri adalah bahasa Pelalawan yang berarti
benar. - See more at:
http://www.riaudailyphoto.com/2011/11/wisata-alam-ombak-bono-sungai-kampar.html#sthash.z2oWuiYt.dpuf
BONO atau Gelombang Bono
adalah fenomena alam yang biasa terjadi karena disebabkan pertemuan
arus pasang air laut dengan arus sungai dari hulu menuju hilir. Kata
Bono sendiri menurut Wak Soma Tokoh Masyarakat Teluk Meranti berasal dari sebuah cerita pada dulu kalanya, cerita ini telah menjadi cerita secara turun temurun, pada dulu kala orang Pelalawan
(Kerajaan Pelalawan) pergi berbelanja ke Malaka, saat itu mereka
menggunakan tongkang, sesampainya di Laut Embun (Teluk Meranti) Tongkang
yang mereka gunakan kandas terkena gelombang pasang. Lalu mereka
kembali ke Pelalawan dan melapor kepada Raja Pelalawan bahwa tongkang
mereka kandas dan tidak bisa melanjutkan perjalanan, tetapi raja
Pelalawan tidak percaya begitu saja dengan omongan warganya, kemudian
Raja Pelalawan mengutus beberapa orang untuk ke Teluk Embun untuk
membuktikan apakah benar apa yang dikatakan warganya dan juga diikuti
oleh beberapa orang sebagai saksi yaitu Anak Raja Pelalawan, Anak Raja
Ranah Tanjung Bunga (Langgam), Anak Raja Pagaruyung, Anak Raja Gunung Sahilan,
Anak Raja Macam Pandak. Apabila kemudian tidak terbukti omongan Para
warganya yang mengatakan kapal mereka telah kandas,maka sang Raja akan
memberikan hukuman mati kepada Sang Juru Kemudi tongkang . Sesampainya
mereka di Teluk Embun mereka menemukan gelombang pasang dan tongkang
mereka juga kandas, kemudian Anak Raja Pelalawan berkata kepada juru
kemudi Tongkang "Iya bono gelombang pasang kata kamu" (Ternyata Benar
yang kamu katakan). Bono sendiri adalah bahasa Pelalawan yang berarti
benar. - See more at:
http://www.riaudailyphoto.com/2011/11/wisata-alam-ombak-bono-sungai-kampar.html#sthash.z2oWuiYt.dpuf
BONO atau Gelombang Bono
adalah fenomena alam yang biasa terjadi karena disebabkan pertemuan
arus pasang air laut dengan arus sungai dari hulu menuju hilir. Kata
Bono sendiri menurut Wak Soma Tokoh Masyarakat Teluk Meranti berasal dari sebuah cerita pada dulu kalanya, cerita ini telah menjadi cerita secara turun temurun, pada dulu kala orang Pelalawan
(Kerajaan Pelalawan) pergi berbelanja ke Malaka, saat itu mereka
menggunakan tongkang, sesampainya di Laut Embun (Teluk Meranti) Tongkang
yang mereka gunakan kandas terkena gelombang pasang. Lalu mereka
kembali ke Pelalawan dan melapor kepada Raja Pelalawan bahwa tongkang
mereka kandas dan tidak bisa melanjutkan perjalanan, tetapi raja
Pelalawan tidak percaya begitu saja dengan omongan warganya, kemudian
Raja Pelalawan mengutus beberapa orang untuk ke Teluk Embun untuk
membuktikan apakah benar apa yang dikatakan warganya dan juga diikuti
oleh beberapa orang sebagai saksi yaitu Anak Raja Pelalawan, Anak Raja
Ranah Tanjung Bunga (Langgam), Anak Raja Pagaruyung, Anak Raja Gunung Sahilan,
Anak Raja Macam Pandak. Apabila kemudian tidak terbukti omongan Para
warganya yang mengatakan kapal mereka telah kandas,maka sang Raja akan
memberikan hukuman mati kepada Sang Juru Kemudi tongkang . Sesampainya
mereka di Teluk Embun mereka menemukan gelombang pasang dan tongkang
mereka juga kandas, kemudian Anak Raja Pelalawan berkata kepada juru
kemudi Tongkang "Iya bono gelombang pasang kata kamu" (Ternyata Benar
yang kamu katakan). Bono sendiri adalah bahasa Pelalawan yang berarti
benar. - See more at:
http://www.riaudailyphoto.com/2011/11/wisata-alam-ombak-bono-sungai-kampar.html#sthash.z2oWuiYt.dpuf
BONO atau Gelombang Bono
adalah fenomena alam yang biasa terjadi karena disebabkan pertemuan
arus pasang air laut dengan arus sungai dari hulu menuju hilir. Kata
Bono sendiri menurut Wak Soma Tokoh Masyarakat Teluk Meranti berasal dari sebuah cerita pada dulu kalanya, cerita ini telah menjadi cerita secara turun temurun, pada dulu kala orang Pelalawan
(Kerajaan Pelalawan) pergi berbelanja ke Malaka, saat itu mereka
menggunakan tongkang, sesampainya di Laut Embun (Teluk Meranti) Tongkang
yang mereka gunakan kandas terkena gelombang pasang. Lalu mereka
kembali ke Pelalawan dan melapor kepada Raja Pelalawan bahwa tongkang
mereka kandas dan tidak bisa melanjutkan perjalanan, tetapi raja
Pelalawan tidak percaya begitu saja dengan omongan warganya, kemudian
Raja Pelalawan mengutus beberapa orang untuk ke Teluk Embun untuk
membuktikan apakah benar apa yang dikatakan warganya dan juga diikuti
oleh beberapa orang sebagai saksi yaitu Anak Raja Pelalawan, Anak Raja
Ranah Tanjung Bunga (Langgam), Anak Raja Pagaruyung, Anak Raja Gunung Sahilan,
Anak Raja Macam Pandak. Apabila kemudian tidak terbukti omongan Para
warganya yang mengatakan kapal mereka telah kandas,maka sang Raja akan
memberikan hukuman mati kepada Sang Juru Kemudi tongkang . Sesampainya
mereka di Teluk Embun mereka menemukan gelombang pasang dan tongkang
mereka juga kandas, kemudian Anak Raja Pelalawan berkata kepada juru
kemudi Tongkang "Iya bono gelombang pasang kata kamu" (Ternyata Benar
yang kamu katakan). Bono sendiri adalah bahasa Pelalawan yang berarti
benar. - See more at:
http://www.riaudailyphoto.com/2011/11/wisata-alam-ombak-bono-sungai-kampar.html#sthash.z2oWuiYt.dpuf
BONO atau Gelombang Bono
adalah fenomena alam yang biasa terjadi karena disebabkan pertemuan
arus pasang air laut dengan arus sungai dari hulu menuju hilir. Kata
Bono sendiri menurut Wak Soma Tokoh Masyarakat Teluk Meranti berasal dari sebuah cerita pada dulu kalanya, cerita ini telah menjadi cerita secara turun temurun, pada dulu kala orang Pelalawan
(Kerajaan Pelalawan) pergi berbelanja ke Malaka, saat itu mereka
menggunakan tongkang, sesampainya di Laut Embun (Teluk Meranti) Tongkang
yang mereka gunakan kandas terkena gelombang pasang. Lalu mereka
kembali ke Pelalawan dan melapor kepada Raja Pelalawan bahwa tongkang
mereka kandas dan tidak bisa melanjutkan perjalanan, tetapi raja
Pelalawan tidak percaya begitu saja dengan omongan warganya, kemudian
Raja Pelalawan mengutus beberapa orang untuk ke Teluk Embun untuk
membuktikan apakah benar apa yang dikatakan warganya dan juga diikuti
oleh beberapa orang sebagai saksi yaitu Anak Raja Pelalawan, Anak Raja
Ranah Tanjung Bunga (Langgam), Anak Raja Pagaruyung, Anak Raja Gunung Sahilan,
Anak Raja Macam Pandak. Apabila kemudian tidak terbukti omongan Para
warganya yang mengatakan kapal mereka telah kandas,maka sang Raja akan
memberikan hukuman mati kepada Sang Juru Kemudi tongkang . Sesampainya
mereka di Teluk Embun mereka menemukan gelombang pasang dan tongkang
mereka juga kandas, kemudian Anak Raja Pelalawan berkata kepada juru
kemudi Tongkang "Iya bono gelombang pasang kata kamu" (Ternyata Benar
yang kamu katakan). Bono sendiri adalah bahasa Pelalawan yang berarti
benar. - See more at:
http://www.riaudailyphoto.com/2011/11/wisata-alam-ombak-bono-sungai-kampar.html#sthash.z2oWuiYt.dpuf
BONO atau Gelombang Bono
adalah fenomena alam yang biasa terjadi karena disebabkan pertemuan
arus pasang air laut dengan arus sungai dari hulu menuju hilir. Kata
Bono sendiri menurut Wak Soma Tokoh Masyarakat Teluk Meranti berasal dari sebuah cerita pada dulu kalanya, cerita ini telah menjadi cerita secara turun temurun, pada dulu kala orang Pelalawan
(Kerajaan Pelalawan) pergi berbelanja ke Malaka, saat itu mereka
menggunakan tongkang, sesampainya di Laut Embun (Teluk Meranti) Tongkang
yang mereka gunakan kandas terkena gelombang pasang. Lalu mereka
kembali ke Pelalawan dan melapor kepada Raja Pelalawan bahwa tongkang
mereka kandas dan tidak bisa melanjutkan perjalanan, tetapi raja
Pelalawan tidak percaya begitu saja dengan omongan warganya, kemudian
Raja Pelalawan mengutus beberapa orang untuk ke Teluk Embun untuk
membuktikan apakah benar apa yang dikatakan warganya dan juga diikuti
oleh beberapa orang sebagai saksi yaitu Anak Raja Pelalawan, Anak Raja
Ranah Tanjung Bunga (Langgam), Anak Raja Pagaruyung, Anak Raja Gunung Sahilan,
Anak Raja Macam Pandak. Apabila kemudian tidak terbukti omongan Para
warganya yang mengatakan kapal mereka telah kandas,maka sang Raja akan
memberikan hukuman mati kepada Sang Juru Kemudi tongkang . Sesampainya
mereka di Teluk Embun mereka menemukan gelombang pasang dan tongkang
mereka juga kandas, kemudian Anak Raja Pelalawan berkata kepada juru
kemudi Tongkang "Iya bono gelombang pasang kata kamu" (Ternyata Benar
yang kamu katakan). Bono sendiri adalah bahasa Pelalawan yang berarti
benar. - See more at:
http://www.riaudailyphoto.com/2011/11/wisata-alam-ombak-bono-sungai-kampar.html#sthash.z2oWuiYt.dpuf